Saturday, March 26, 2011

[Tanka] Ketakpastian

Ketakpastian
Di jalan kegelapan
Anak merintih
Setan setan yang makmur
Hidupnya gemerlapan

Pesona warna
Memikat kemegahan
Tanpa aroma
Indahnya gedung mewah
Bencana mengerikan

MiRa - Amsterdam, 26 Maret 2011

Friday, March 25, 2011

[Haibun] Dalam Hitungan Waktu

Tak pernah lelah
Suara jam berdetak
Kapan berakhir?

Riwayat perjalanan waktu
menyusuri tujuan yang ditentukan
mata mengembara mencari tau
urusan kesaksian mati rasa

Serasa jari dingin menggenggam dendam
kumpulan awan seakan mengawal lara
berbalut luka menggumpal di lapisan angkasa
apakah keadilan dalam alam khayalan impian?

Kebingungan dan kehilangan jejak
mengejar duka seperti bersuka cita
Jauh begitu jauhnya dari diri sendiri
ketakutan tak bisa ditinggalkan

Tak diketahui
Siapa dirinya, dan
bagaimana wataknya
saát menit atau jam dilampaui
serasa lelah atau ada sesuatu hal
hal hal yang nyatanya tidak bisa diubah
hanya buat dirinyalah yang diinginkannya
merindukan punya dua sayap, lalu terbang jauh
melayang layang melanglang buana bebas merdeka
takkala kehidupan tanah airnya tertimbun kemiskinan

Diam menanti
Atau rasa kecewa
Waktu berlalu

Keinginan bersama
Impian gotong royong

MiRa - Amsterdam, 25 Maret 2011

Sunday, March 20, 2011

[Haibun] Kebatilan Penguasa

Bulan purnama di paska Super Moon, 19 maret 2011
Bulan purnama
Kisah keprihatinan
Sabtu kelabu
Kebatilan dunia
Konspirasi durjana

Ada yang mengaitkan pengaruh super moon dengan bencana besar. Untuk menyimak pengamatan super moon diwaktu bulan purnama, bila dikaitkan dengan pengaruhnya ulah umat manusia kali ini, terbersit ingatan kita pada peristiwa awal aksi pemboman tiga negara sekutu, USA, Inggris dan Perancis di Lybia.

Cerita tragis
Pergolakan sosial
Rakus kuasa
Moral budaya barat
Drakula minum darah

Berpesta pora
Serasa kehadirannya
Keji dan kejam
Citra warga dunia
Berkarakter munafik!

MiRa - Amsterdam, 20 Maret 2011

Saturday, March 19, 2011

[Haibun] Hari Internasional Melawan Rasisme dan Diskriminasi

Di taman bunga
Mimpi hati berseri
Bersama duka

Air mata menggenang
Mengenang masa perang

Perserikatan bangsa bangsa menetapkan tanggal 21 maret 1966 adalah hari internasional melawan rasisme dan diskriminasi. Penetapan hari internasional tersebut dinyatakan setelah kejadian kerusuhan rasial berdarah menentang pemberlakuan Kartu Identitas bagi orang yang berkulit hitam di kota Sharpeville Afrika Selatan (1960). Ketika itu polisi menembaki ribuan demonstran anti apartheid dan telah membunuh 69 orang.

Kekuasaan politik apartheid bangsa kulit putih di Afrika Selatan sudah dihapuskan, akan tetapi sikap dan tindakan diskriminasi atas perbedaan antar ras masih berjalan dalam kehidupan sehari-hari. Sampai hari ini banyak negara di dunia masih menghadapi masalah ras dan ketidakadilan.

Rasisme atau politik diskriminasi di Indonesia itu diwarisi sejak zaman kolonialisme, hal tersebut dipraktikan di dalam golongan masyarakat pribumi dan non pribumi demi kepentingan politik adu domba penguasa, dijalankan secara sistimatis oleh sistim kekuasaan pemerintahan kolonial di Hindia belanda pada saat itu. Politik adu domba tersebut diterapkan untuk melemahkan persatuan dan kesatuan perjuangan bangsa untuk mencapai Kemerdekaan Indonesia.

Kemudian jendral Soeharto memakai kembali politik pecah belah dan menguasai alias "verdeel en heers" untuk menghancurkan secara sistimatis gerakan golongan kiri dan nasionalis progresip, yang mana dianggap sebagai lawan politiknya.

Sebagai taktik untuk mengamankan politik stabilitas superior rezim kekuasaan orde baru, maka dengan sengaja rezim militer Soeharto menciptakan bentuk konflik sosial selanjutnya, melalui kasus-kasus SARA (Suku Agama Ras dan Antar Golongan). Kondisi seperti itu mengingatkan kita pada zaman kekuasaan Fasis Adolf Hitler, dimana doktrin Nazi menganggap bangsa Jerman sebagai ras Aria yang paling superior, sedangkan bangsa Yahudi dan lawan politiknya adalah bangsa paria yang harus dimusnahkan.

Sebagai salah satu contoh kasus SARA yang bisa kita lihat adalah Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) dan Kartu Tanda penduduk (KTP) dengan kode ET (Eks Tapol).

SBKRI khusus dibuat untuk warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, sedangkan KTP ET spesial untuk warga negara Indonesia yang dituduh terlibat atau simpatisan GESTOK 1965. Hal ini dianggap sebagai perlakuan diskriminatip dan telah dihapuskan pada periode Reformasi, namun dalam praktiknya masih diterapkan di berbagai daerah.

Sampai saat ini kasus rasialisme berkembang dalam proses yang lebih berbahaya dengan mengatasnamakan politik anti terorisme, dipakai sebagai rekayasa dan disponsori oleh kekuatan aparat negara, lalu dibantu juga oleh sekelompok preman yang direkrut dalam mekanisme sistim militerisme yang didukung oleh kepentingan politik ekonomi neo liberalisme.

Anti teroris
Pembangkit kebencian
Antar agama

Kasus peledakan bom
Menghujat cinta kasih

MiRa - Amsterdam, 19 maret 2011

Friday, March 18, 2011

[Haibun] Pulang ke Rumah



Waktu ke waktu
Untuk pulang ke rumah
Terasa lelah

Perjalanan pulang menyusuri pinggir kali, kali ini cukup lumayan menyenangkan. Serasa tanpa halangan hembusan angin dingin, walau matahari seperti masih malu-malu memancarkan sinarnya. Saat cuaca cerah kini tak mengurangi hati riangku untuk terus meluncurkan roda sepeda, bersama nikmatnya keindahan warna warni kuncup bunga tulip bermekaran.

Menjelang sore
Langit biru memudar
Ke kicau burung

MiRa - Amsterdam, 18 Maret 2011

Friday, March 11, 2011

[Haibun] Warna Warni Cahaya



Panahan kilat
Tepat arah sasaran
Ke mata hati

Bahaya anak panah
Beracun dan tercemar

Daya kuasa rakyat
mengalir darah derita
Bunga api dan mukjizat
menguji kegagalan prestasi
ada tinggi hati ingin bersinar
memperebutkan ruang hampa
Anjang permainan manipulasi
jiwa kemanusiaan diperkosa
Mimpi profesi dan kedudukan
mengusung hirarkhi adidaya
Keadilan kehilangan memori
kejinya membunuh karakter
Pada aturan kebohongan
perjuangan tak merata
waktu takut berdetak
Keinginan terakhir
dalam keyakinan
tak didambakan
cinta mencintai

Bias mentari
Misteri kekayaan
Hati nurani

Warna warni cahaya
Harapan pembebasan

MiRa - Amsterdam, 11 Maret 2011

Sunday, March 6, 2011

Tanka Semusim


Cerah ceria
Lagu senandung rindu
Di akhir pekan
Senja di cakrawala
Camar terbang melayang

Bibit dan benih
Sisa masa remaja
Citra kenangan
Matahari tersenyum
Mengusik rasa cinta

MiRa - Elisabeth Samsonstraat, 6 Maret 2011

Friday, March 4, 2011

[Haibun] Dilema


Di pentas drama
Melihat dan dilihat
Daya kuasa

Peran yang ditampilkan
Mempertontonkan ego

Refleksi diri
Saling berkepentingan
Terbuai mimpi

Kisah nyata proses perjalanan kehidupan umat manusia seakan ditentukan oleh uang, jiwa dan raga di perjual-belikan, suka dan dukapun menjadi ruangan hiasan etalase di pasar bebas demi mengeruk keuntungan yang menggiurkan,lalu katanya promosi "Demokrasi" untuk keadilan, ingin hidup damai, sejahtera dan makmur.

Resah gelisah
dirayu keyakinan
menghindari siang hari
seperti berpisah pada masa depan

Dan keinginan
lebih lambat dari yang lalu
untuk mencari jati diri

Di rawa-rawa
kekal abadi
dilema

Kemandirian
gairah tersembunyi
di lapisan kulit
takut berkeringat

Mengalir arus
Suatu perubahan
Penentu nasib

Dimensi pemikiran
Apa masih relevan?

MiRa - Amsterdam, 4 Maret 2011